Headlines
Published On:Thursday, 21 July 2016
Posted by Unknown

Cerpen - Rembulan di Kaki Langit Cycloop

Rembulan di Kaki Langit Cycloop
John berdiri tertegun menatap lalu lalangnya kendaraan yang melintasi jalan raya. Jalan Raya Abepura-Sentani dipadati ribuan kendaraan. Kian hari kian padat. Jayapura tak kalah tandingannya dengan kota-kota besar di Indonesia. Dalam beberapa tahun belakangan, kota itu telah maju dengan pesatnya. Di kota ini, para kapitalis telah marak menanamkan modalnya. Boleh saja dikatakan bahwa Jayapura adalah 'Sarang Para Kapitalis'.

John menghapus keringat dengan tangannya. Puluhan kilo telah ditempuhnya. Ia masih berdiri menyaksikan kendaraan yang masih saja memadati jalan.Ia menatap mal-mal yang berdiri kokoh menggantikan hutan sagu. Di atas hutan sagu yang dulunya menjadi tempat meramu sagu, kini telah menjadi tempat gengsi para kapitalis. Tak sedikit orang yang masuk ke dalam mal-mal itu, sebab disitulah tempat orang-orang bergengsi.

Matahari memancarkan teriknya. Butir-butir keringat memandikan tubuhnya, namun John tetap berdiri di sisi kanan jalan. Ia merasa dirinya terpojok seakan seorang asing yang tersesat di kota Jayapura. Tak seorang pun yang memedulikannya. 'Inikah kejamnya dunia?' John bergumam. Ia teringat akan sebuah syair lagi Black Brothers 'Hari Kiamat'. Ia duduk di tepi danau Sentani dan mulai menyanyikan lagu itu.

'Di tepi jalan si miskin menjeritHidup meminta dan menerima

Si kaya tertawa berpesta pora
Hidup menumpang di kecurangan
Sadarlah kau… cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan
Itulah hidup semakin biasaseakan tak pedulikan lagi
Tiada kasih bagi yang lemah
Disiram banjiran air mata
Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan'

Sang mentari telah bergegas ke ufuk barat. Hari telah beranjak sore. John duduk menikmati indahnya pesona danau Sentani. Ia berpikir kalau hidup ini memang harus diperjuangkan untuk mempertahankannya dari ancaman kapitalisme yang dengan gigihnya melebarkan sayap-sayapnya.

Usai sang mentari berlalu pergi ke alam peraduannya, sang rembulan memancarkan kelembutan cahayanya di kaki langit di atas gunung Cycloop. Kelembutan cahaya yang seakan menenangkan batin yang bergejolak meratapi nasib kaum miskin. Semilir angin malam yang datang pun seakan menyapa bahwa ia dipihak kaum lemah
(Vitalis Goo).

nanomag

Saya adalah Peziarah Kehidupan yang berkelana di Ilalang Kebebasan, demi mencari kehidupan yang menghidupkan untuk mengusik Duka Nestapa di Negeri Hitamku.

.

bagikan kontent ini!

Diposting Oleh : Unknown - Kolom

Komentar Anda :

TERPOPULER

"18 TAHUN ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP]"

Mengabdi Pada Gerakan Pembebasan Nasional Papua 27 Juli 1998 – 27 Juli 2016.

Saya, ALFRIDUS DUMUPA selaku admin blog UGAI PIYAUTO mengucapkan:
"Selamat Hari Ulang Tahun AMP Yang Ke - 18 ".

×