Puisi - Kenangan Stasiun Kota Bogor
Posted by Unknown | Friday, 24 February 2017 | Posted in Puisi
Aku basah kuyup dan kedinginan.
Kau jemput aku dengan penuh cinta.
Saat itulah cinta ini mangalir deras dalam nadiku.
Mobil hitam itu mengantar kita pulang.
Kita duduk di bangku paling belakang sambil cium cumbu.
Aku kedinginan saat itu, namun kau balut aku dengan hangatnya kasih sayang.
Kita menikmati asyiknya malam itu.
Pertemuan itu cukup singkat, membuat saya rindu pada kenangan itu.
Namun sayang, kau harus pergi.
Pergi karena sudah ada jejak kau ukir sebelum aku datang.
Kau tak sadar, bahwa sebetulnnya aku datang membawa harapan.
Harapan yang kupedam sebelum kita bertemu.
Kau sudah tak disini.
Aku sudah kubur semua harapan.
Aku sudah buang jauh kedalam lubang kenangan yang paling dalam.
Karena kau tak akan kembali.
Karya : Alfridus Dumupa [Lembah Keheningan, 25/02/2017]
Puisi - Kenangan Stasiun Kota Bogor |
Foto Bersama Usai Kegiatan Mak-Rab IPMANAPANDODE JOGLO Tahun 2015
Posted by Unknown | Wednesday, 22 February 2017 | Posted in Album Gambar, IPAMANAPANDODE JOGLO, Materi Organisasi
Orang Papua Darurat Genocide [Picture]
Posted by Unknown | | Posted in Album Gambar, Graphic Design, Papua
Kalender IPMANAPANDODE JO-GLO Tahun 2017 (Soft Copy - Gambar)
Posted by Unknown | Sunday, 19 February 2017 | Posted in Album Gambar, Materi Organisasi
Terima Kasih Tuhan, Sa Pu Perawan Su Hilang
Posted by Unknown | Tuesday, 6 December 2016 | Posted in Cerita Motivasi, Cerpen
Terima Kasih Tuhan, Sa Pu Perawan Su Hilang |
#CoverBUKU - Warisan Budaya Suku Mee: Daa dan Diyo Dou
Posted by Unknown | Wednesday, 30 November 2016 | Posted in Album Gambar, Buku Papua
Puisi - Kau Penyanyi Rimba
Posted by Unknown | Saturday, 19 November 2016 | Posted in Puisi, Puisi Papua
dengan pasrah rela memasang kuping,
mendengar petikan jemari memukul melodi gitar,
alunan merdu suara rimba berdering elok.
Hatinya berdebar,
bagai mekarnya anggrek hutan,
membuka selubung gundah,
menampung cahaya batin.
Hewan dan tetumbuhan pun,
tersentak kagum terpesona,
mendengar uraian nada sepoi merdu suara,
yang pecah memukul gunung yang menjulang.
Tanpa bosan,
setitik hidup terukir.
Tanpa keluh,
seonggok kasih terurai.
Taburan gitar melodi dan seruling,
tak kalah suara emas si Keriting membujuk,
untuk tetap pada posisi.
Dengan cinta yang erat,
tulus dan suci,
kasih terurai.
Wahai kawan,
merdunya terdengar,
pukullah dunia kejam,
lantungkan dengan sekerasnya,
kau penyanyi rimba.
#puisiPAPUA
Honaratus Pigai
Timika, 11 Nov. 2016
Puisi - Kau Penyanyi Rimba |
Puisi - Kupahat Namamu
Posted by Unknown | | Posted in Puisi, Puisi Papua
terang-benerang di hadapan,
kobar jiwa juangmu itu.
Kupahat kobaran api juangmu,
pada prasasti tugu negriku,
agar engkau dikenang.
Para pahlawan negri ini,
tak tinggalkan sia-sia,
ada nilai suci yang elok.
Tak ada keluh sesal,
Papua butuh,
reformasi total.
Harus lahir,
Thays H. Eluway baru.
Harus bangkit di negri ini,
Otto Ondoame baru.
Harus tumbuh di negeri ini,
Mako Musa Tabuni baru.
Harus muncul di negeri ini,
Tadeus Yogi baru,
Kelly Kwalik baru.
Harus berkembang di negeri ini,
jiwa nasionalisme semua pahlawan.
Agar tak lagi ada duka,
agar tak ada tangis,
agar tak sia-siakan perjuangan.
Marilah ukir jiwa dan nasionalisme Papua,
marilah kobarkan api juang yang telah ditanam.
Wahai para pahlawanku,
hanya ini yang kuukir,
kupahatkan jiwa dan namamu,
di tugu prasasti perjuangan Papua.
#puisiPAPUA
Honaratus Pigai
Timika, 10 Nov. 2016
Puisi - Kupahat Namamu |