Published On:Sunday, 22 May 2016
Posted by Unknown
Siapa Mampu Bertahan Akan Menguasai
Foto : Waga Oc Pekei |
Ini adalah sepenggal cerita pengalaman saya di Pringwulung Kota Yogyakarta sering di kenal orang sebagai kota pendidikan, pada tahun 2009 silam. Pada waktu itu, saya dan lima orang kakak yang semuanya adalah laki-laki, mencari tempat untuk makan malam bersama. Kami berkunjung ke beberapa tempat makan yang terletak di kompleks Pringwulung tetapi hampir semua tempat yang kami datangi telah dipenuhi oleh pengunjung, yang juga bertujuan untuk mencari makan malam. Kami hampir saja putus asa dan hendak meninggalkan Pringwulung untuk mencari makan malam di tempat lain.
Sewaktu kami berunding untuk menetukan tempat makan malam, datanglah seorang kakak laki-laki dan mendekati kami. Namanya Pit (samaran), ia adalah kakak laki-laki saya yang telah berjanji untuk menyusul kami, karena dia ada keperluan lain. Sesampainya di dekat kami, dan bertanya kepada kami. Katanya” Kalian mau makan di mana?”.
Jawab salah seorang diantara kami yang bernama Hero (nama samaran)” Ado...kakak, itu yang buat kami pusing ni. Macam semua tempat full jadi, kita mo pigi cari tempat lain. Dengan nada suara penyesalan. Lalu Hero bertanya lagi “Kakak ada ide tempat makan di bagian sini ka?”.
“ A.... ini ada Burjo ni!”. Jawab kakak Pit sambil menunjuk ke arah Burjo. (Burjo adalah sebutan untuk tempat makan yang tersedia bubur kacang hijau di Kota Yogyakarta yang sering di kenal dengan sebutan kota Gudeg)
Jawab kakak Hero “ Ado kakak.... Burjo depan full dengan orang-orang, dorang makan sambil nonton bola. Membalas jawaban dari kaka Pit.
Sahut kakak Pit lagi disertai senyuman dan gurauan khasnya “ Sudah mari kita makan, kita ni banyak orang, kita ada 7 orang nada ajakannya!. Lanjutnya, nanti kita masuk dan bikin ribut didalam burjo. Walaupun mereka ada nonton bola acara pavorit mereka tapi lama-lama kalo mereka tidak mampu bertahan dan mereka akan bergeser keluar karena keributan kita”
.
“Ah... betul kakak, kita coba dulu” sahut salah seorang dari kami. Dan semuanya megiyakan apa yang dikatakan itu.
Setelah percakapan itu usai, kamipun segera memasuki Burjo tersebut. Kami masing-masing memesan makanan dan minuman sesuai dengan selera. Satu orang dari kami mulai mengeluarkan cerita lucu dengan maksud memancing yang lainya, lalu semuanya tertawa dengan keras dan ada yang membalas dengan suara yang keras pula. Ketika cerita lucu yang dikeluarkan kami semua mulai tertawa terbahak-bahak (tertawa khas orang Papua) sehingga suasana di dalam Burjo menjadi bising karena ulah kami yang disengajai. Tetapi intinya seru...
Tak lama kemudian satu per satu pengunjung mulai maninggalkan Burjo dengan sendirinya. Hingga kami tidak menyadari bahwa pengunjung di Burjo hanya tersisa rombongan kami saja.
“Ternyata siapa yang mampu bertahan, dia yang akam menguasai” Sahut kakak Pit ditengah-tengah candaan kami yang mendalam itu.
“Hm....m”, “iyo...e”, “ae....betul”, “ ado kakak betul...” itulah beberapa jawaban reflek yang keluar dari mulut kami masing-masing sembari mata kami mengawasi situasi di dalam Burjo yang ternyata benar bahwa semua pengunjung telah pergi meninggalkan Burjo.
Itulah sepenggal pengalamanku bersama kakak Pit. Semenjak kejadian itu, saya mulai merenungkan arti dari kalimat “siapa yang mampu bertahan yang akan berkuasa”. Saya mencoba untuk membawa kalimat tersebut untuk mengartikan secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Kata “berkuasa” bukan hanya diartikan pada orang yang memimpin atau memerintah orang lain, tetapi bisa juga diartikan sebagai suatu keberhasilan seseorang. Dikatakan berhasil ketika tujuan yang ingin dicapai sudah tercapai dengan efektif dan efisien. Ternyata ada benarnya juga bahwa siapa yang mampu bertahan yang akan mempimpin, siapa yang mampu bertahan yang akan berhasil, dan siapa yang mampu bertahan yang mempunyai harapan hidup untuk mewujudkan mimpi atau cita-cita dalam hidupnya.
Victor Frankl, seorang psikolog aliran humanistik berpendapat bahwa seorang yang mampu bertahan dengan keadaanya atau situasi sulit saat ini yang memiliki kesempatan hidup yang lebih panjang. Ketika kita dapat mencari jalan keluar dari setiap kesulitan yang kita hadapi saat ini dengan cara melakukan berbagai macam usaha untuk keluar dari kesulitan tersebut, maka kita akan mampu bertahan hidup untuk mecapai sesuatu yang kita cita-citakan bukan menyerah pada situasi sulit dan menarik diri dari kesulitan yang ada.
Ketika kita berpikir untuk mendapatkan sesuatu dan setiap usaha sudah kita lakukan tetapi belum berhasil maka kita harus tetap berusaha bertahan dengna mencari solusi lain. Dimana saat itulah, setengah keberhasilan sudah ada ditangan kita. Lebih baik kita yang berpikir dan bertindak untuk mengubah situasi atau keadaan yang sulit ini, daripada kita berpasrah pada keadaan atau situasi yang dibuat oleh manusia. Tetapi kita yang mengendalikan keadaan bukan keadaan yang mengendalikan kita. Kiranya beberapa hal ini dapat menjadi tolak ukur bagi kita untuk menilai setiap pekerjaan kita dalam rangka mencapai tujuan yang sudah diperkirakan sebelumnya. Karena pada hakekatnya manusia hidup di jagat raya ini memunyai tujuan. Oleh karena itu, kita dapat bertanya pada diri kita sendiri, seberapa besar kita bertahan dalam setiap pekerjaan kita untuk mencapai keberhasilan?
Seberapa banyak usaha-usaha yang kita lakukan untuk keluar dari situasi sulit yang sedang kita hadapai? Yakinlah bahwa kita masing-masing pribadi memiliki kemampuan untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan apapaun asalkan kita mau untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk keluar dari masalah yang kita hadapi dan merealisasikanya dalam hidup kita. Baik atau buruk tetaplah bertahan. Dari cerita diatas ada tiga hal penting yaitu; Pertama Kesadaran, kedua; keyakinan, ketiga; Komitmen.
Waga Oc.
Wonosari, 28 Maret 2012 9:28 PM