Published On:Saturday, 7 May 2016
Posted by Unknown
Seminar dan Diskusi NOKEN: Sejarah dan Budaya
Seminar dan Diskusi NOKEN: Sejarah dan Budaya |
Seminar dan Diskusi NOKEN: Sejarah dan Budaya
Sabtu, 7 Mei 2016
Pk 15.00 di Ark Galerie
Jl. Suryodiningratan 36 A
Yogyakarta
Pendaftaran: Arsita 081804056913 (sms/whatsapp/telp)
Pembicara:
1. Paskalena Daby
2. Emanuel Gobay, SH - Bang Edo (LBH Yogyakarta)
Seminar dan diskusi ini adalah bagian dari rangkaian acara BARA NYALA MAMA MAMA, pameran tunggal seniman Moelyono yang berkolaborasi dengan Paskalena Daby dan Benny Wicaksono.
Dalam seminar ini kedua pembicara akan mempercakapkan lebih jauh tentang NOKEN. Paskalena Daby akan berbicara mengenai noken dari sisi sejarah dan hubungannya dengan perempuan Papua dan Emanuel Gobay akan membicarakannya dari sisi budayanya.
Paskalena perempuan muda Papua yang aktif dalam berbagai isu aktivisme dan isu perempuan Papua. Emanuel Gobey adalah putra papua yang saat ini bekerja di LBH (Lembaga Bantuan Hukum)Yogyakarta.
Bara Nyala Mama Mama merupakan kisah tentang perjuangan dan penghidupan mama mama Papua dalam menjaga tanah dan bumi, dalam kacamata seniman dan aktivis Moelyono. Sekitar tahun 2005 – 2015, melalui aktivitas sosialnya yang terutama berbasis pada pendidikan, Moelyono menyusur desa-desa di Papua yaitu di wilayah Kerom, Wamena di daerah Kurulu dan Kurima, Jayapura, Abepura, Sentani dan bertemu dengan para mama—yang ia sebut sebagai pendekar bumi. Dari mama-mama inilah kemudian Moelyono mempelajari sejarah dan filosofi noken, dan bagaimana ia menjadi bagian penting dalam narasi perjuangan perempuan Papua dalam situasi sosial politik yang kompleks.
Moelyono tinggal dan berkarya di Tulungagung, Jawa Timur. Ia adalah seniman lulusan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, yang kemudian banyak bergelut dalam dunia pergerakan dan aktivisme. Ia menjadi bagian dari gerakan buruh bersama Marsinah, gerakan pro-demokrasi bersama aktivis Salatiga dan beberapa seniman seperti Widji Tukul dan lainnya. Ia merupakan salah satu pelopor dari seni-seni berbasis pemberdayaan masyarakat dengan menyebut aktivitasnya sebagai “Guru Gambar”. Pada tahun 1990an dan 2000an, ia aktif memamerkan karyanya di berbagai pameran internasional seperti Asia Pacific Triennale di Brisbane, Australia, Pameran di Museum of Contemporary Art Tokyo, dan juga Gwangju Biennale di Korea Selatan.
--
Open Discussion NOKEN: History and Culture
Saturday, 7 May 2016
3 PM at Ark Galerie
Suryodiningratan 36 A, Yogyakarta
Registration: Arsita 081804056913
Speakers:
1. Paskalena Daby
2. Emanuel Gobay, SH - Bang Edo (LBH Yogyakarta)
This seminar and discussion is part of BARA NYALA MAMA MAMA, solo exhibition from Moelyono that collaborating with Paskalena Daby and Benny Wicaksono.
In this event, both speakers will talk further about NOKEN. Paskalena Daby will talk about the history and the relation between none with women in Papua. Emanuel Gobay or known well as Bang Edo will talk from the cultural side.
Paskalena Daby is a young Papua woman that active in any activism issue of Papua and women of Papua. Emanuel Gobay or known well in activist as Bang Edo is a son of Papua that working in LBH (Law Help Centre) Yogyakarta
Bara Nyala Mama Mama in the eyes of artists and activists Moelyono is a story of struggle and livelihood Mama Mama Papua (a call for married women with children in Papua) in maintaining the balance of the earth. During the period 2005 - 2015, through social activities mainly based on education, Moelyono travel through villages in Papua within regions of Kerom, Wamena (Kurulu and Kurima), Jayapura, Abepura, Sentani, where he met with Mama who he described as warrior of the earth. From the Mama he met Moelyono studied history and philosophy of Noken (traditional woven bag of Papua), and how it became an important part in the narrative of the women struggles in Papua within a complex social and political situation.
Moelyono lives and works in Tulungagung, East Java. He is an artist graduated from Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. He has been through a lot of struggling in the world of movement and activism. He became part of the labor movement called Marsinah, pro-democracy activists in Salatiga with several artists such as Widji Thukul and others. He is one of the pioneers of arts-based community empowerment by calling his activities as "Guru Gambar" (Master of Painting). In the 1990s and 2000s, he actively exhibited his work in various international exhibitions such as the Asia Pacific Triennial in Brisbane - Australia, exhibition at the Museum of Contemporary Art Tokyo, and Gwangju Biennale in South Korea.