Tiada Hari Pun
Hidup dilanda duka-luka,
Saat pagi, siang dan malam,
Ia selalu diwarnai sepih kekelaman.
Tiada hari tanpa ratap,
Air mata pun kering tak ber-air.
Terkadang ia jadi air mata darah,
Oleh perih batin terdalam.
Saat seorang filosofi mengukir setiap peradaban,
Ia tergantung pada alunan barah,
Alunan lukanya oleh petir pecandu genoside.
Dirasa tiada hari tanpa suka cita,
Untuk meng-elukkan Tuhan.
Sambil memuji-muji keagunganNya.
Tuhanlah Sang kebebasan Ilahiku,
Dia pasti membebaskanku,
Seperti umat Israel di Mesir.
Karya : Rafael E Goo
Deseterba, 10 Agustus 2012
PUISI - TIADA HARI PUN |