Published On:Sunday 5 April 2015
Posted by Unknown
Mengutuk Israel, Menjajah Papua
Bendera Israel (Depan), Bendera Indonesia (Belakang). Foto: Ist |
Sebagai
negara penganut agama Islam terbesar di dunia, Indonesia tak
henti-hentinya mendukung kemerdekaan Palestina dan mengutuk aksi
penjajahan Israel atas Palestina. Alasan pemberian dukungan dan kutukan
tersebut lebih banyak disebabkan oleh faktor agama, dimana mayoritas
warga Palestina adalah penganut agama Islam dan Yerusalem dianggap
sebagai salah satu kota suci agama Islam. Sikap Indonesia ini dapat
dipahami sebab solidaritas atas kesamaan agama adalah hal yang wajar,
walaupun tak dapat dipungkiri juga bahwa banyak negara penganut agama
lainnya pun memberikan dukungan yang luar biasa bagi kemerdekaan
Palestina dan mengukut penjajahan Israel atas Palestina.
Indonesia
sebagai negara penganut “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, seharusnya
memberikan dukungan dan kutukan yang sama bagi gerakan kemerdekaan dan
aksi penjajahan di seluruh belahan dunia. Dalam pespektif kemanusiaan,
hal ini semacam ini harus dilakukan melampaui batas keagamaan. Indonesia
bisa mendukung kemerdekaan bangsa yang beragama lain, selain Islam.
Indonesia bisa mengutuk aksi penjajahan yang dilakukan oleh bangsa
penganut agama apapun, termasuk oleh bangsa penganut agama Islam
sendiri. Jangan hanya “membenarkan” dan “mengakui” gerakana kemerdekaan
yang dilakukan oleh bangsa penganut agama Islam dan “menyalahkan”
gerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama lainnya.
Jangan hanya “membenarkan” dan “mengakui” aksi penjajahan yang dilakukan
oleh bangsa penganut agama Islam dan “menyalahkan” aksi penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa penganut agama lainnya. Apapun agamanya,
kemerdekaan tetaplah kemerdekaan dan harus didukung. Apapun agamanya,
penjajahan tetaplah penjajahan dan harus dikutuk dan dilawan.
Yang
jauh lebih penting adalah Indonesia tidak boleh menjadi bangsa
penjajah. Indonesia yang pernah mengalami penjajahan oleh bangsa lain
dan Indonesia yang kini gemar mengutuk aksi penjajahan (terutama dalam
hal Palestina) “harus tidak boleh” menjajah bangsa lain. Indonesia
jangan menjadi bangsa munafik, yang mengutuk penjajahan oleh bangsa
lain, tetapi pada saat yang sama justru menjadi penjajah yang ulung
terhadap bangsa lain.
Jika
hubungan antara Indonesia dan Papua dilihat dari perspektif ini, maka
sikap “anti-penjajahan” yang selama ini ditunjukkan oleh Indonesia dapat
diragukan. Indonesia gemar mengutuk penjajahan dimana-mana (terutama
dalam hal Palestina), tetapi pada saat yang sama pola kekuasaan yang
dijalankan atas wilayah Papua cenderung bersifat “menjajah”. Lihat saja
contoh aksi penjajahannya; orang asli Papua ditintas dan dibantai,
tanahnya dicaplok dan diduduki, dan kekayaan alamnya dirampok, dimana
kesemuanya itu dilakukan secara terencana, sistematis, dan masif. Hal
semacam ini adalah “aksi klasik” yang biasanya hanya dilakukan oleh
penjajah. Dan tentu saja hal semacam ini menjurus pada tindakan
“genosida”.
Dimanakah
“Ketuhanan yang Maha Esa” dan “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yang
katanya dianut dan dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia? Mengapa
Indonesia mengutuk aksi penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap
Palestina, tetapi pada saat yang sama Indonesia menjadi aktor penjajah
yang ulung atas Papua? Jika masalah Papua adalah “masalah dalam negeri”
Indonesia, mengapa Indonesia justru mencampuri “masalah dalam negeri”
Israel terhadap Palestina? Jika alasan “agama” Islam dijadikan patokan
untuk mengutuk aksi penjajahan Israel atas Palestina, mengapa sebagai
penganut mayoritas agama Islam bangsa Indonesia justru menjajah Papua?
Apakah agama Islam mengajarkan perlunya mengutuk penjajahan Israel atas
Palestina dan perlunya dilakukan penjajahan oleh bangsa Indonesia atas
Papua? (Dumupa Odiyaipai)