Published On:Saturday, 27 September 2014
Posted by Unknown
PUISI - AIR MATA KERING
AIR MATA KERING
Telah lama ratap air mata ini,
Membanjiri membentuk lautan kesakitan.
Tiada air mata lagi,
Air mata telah kering.
Oleh tangisan setiap detak.
Telah lama ratap air mata ini,
Membanjiri membentuk lautan kesakitan.
Tiada air mata lagi,
Air mata telah kering.
Oleh tangisan setiap detak.
Air mata,
Kini ia telah berubah,
Ia menjadi luka batin.
Yang keluar mata darah,
Darah yang tak bisa dibendung,
Oleh derasnya tindakan otoriter.
Kini ia telah berubah,
Ia menjadi luka batin.
Yang keluar mata darah,
Darah yang tak bisa dibendung,
Oleh derasnya tindakan otoriter.
Seakan semua mebawa kepada kepunahan,
Marginalisme yang menjadi indah untuk disebut,
Namun apa arti manusia jika demikian?
Marginalisme yang menjadi indah untuk disebut,
Namun apa arti manusia jika demikian?
Tuhan kami,
Apakah Tuhan mau supaya semua ciptaanMu lenyap.
Ataukah Tuhan, ada suatu kesempatan indah?
Yang Tuhan rencanakan bagi kami.
Kami ciptaanMu.
Apakah Tuhan mau supaya semua ciptaanMu lenyap.
Ataukah Tuhan, ada suatu kesempatan indah?
Yang Tuhan rencanakan bagi kami.
Kami ciptaanMu.
Tuhan
Naungilah kami,
Berkati kami
Limpahkan kuasaMu
Untuk melawan
Untuk mempertahankan
Untuk meperbaiki serta
Merasakan indahnya alam ciptaanMu
Naungilah kami,
Berkati kami
Limpahkan kuasaMu
Untuk melawan
Untuk mempertahankan
Untuk meperbaiki serta
Merasakan indahnya alam ciptaanMu
Yang Engkau beri bagi kami
Tanpa bercelah dan genab ini
Tanpa bercelah dan genab ini
Karya:Rafael E Goo
Mowanemani, 14 Desember 2011
Mowanemani, 14 Desember 2011
PUISI - AIR MATA KERING |